Monday 30 March 2009

Kecap LELE Khas Pati



Bagi masyarakat kota Pati atau yang pernah tinggal di kota Pati dalam dunia masak memasak pasti mengenal kecap cap Ikan Lele. Sebenarnya pada era tahun 80-an selain kecap lele ada juga kecap cap dua bukur (gambar dua kerang) pabriknya di jalan Diponegoro dekat pertigaan menuju asrama polisi atau yang menuju SMPN-3.
Mengenai kecap Lele hampir semua masakan yang berasal dari kota Pati ini menggunakan kecap ini. Mulai nasi semur, nasi gandul, tahu campur, soto kemiri. Kecap lele ini mudah dujumpai di toko toko di kota Pati. Namun untuk luar kota nampaknya susah ditemukan. Tetapi bagi yang tinggal di Semarang dapat dijumpai di swalayan Ramai. Pada umumnya warga Pati yang merantau di luar kota selalu menyempatkan membawa oleh oleh kecap ini. Kecap ini oleh orang Pati ngefans banget seperti tiada duanya. Belum siip kalau tidak menggunakan kecap Lele. Bagi yang melakukan perjalanan ke Pati industri kecap ini dapat dijumpai di jalan Rogowangsan, atau tepatnya sebelah Timur pasar tradisional Rogowangsan. Bila kita ke Timur sedikit 11 Km dari arah Pati tepatnya di Juwana sebagai kota kecamatan terdapat industri kecap yang taste nya sama dengan kecap Lele, yaitu namanya kecap cap Gentong. Ada kemiripan rasa atau mungkin masih saudara yang membuatnya. Bagi yang berasal dari Juwana tentu tidak asing dengan kecap cap Gentong ini.
Bagi yang mampir ke kota Pati dan sempat makan nasi Gandul, nasi semur, nasi soto. Coba ditengok atau ditanyakan pada penjual, kecap apa yang dipakai. Tentu kecap Lele kebanyakan yang dipakai.

Tuesday 24 March 2009

Buah Kemundung

Pada bulan Februari - Maret menjelang musim hujan habis biasanya musim buah Kemundung. Dulu tahun 80-an banyak dijumpai di pasar Puri atau pasar Rogowangsan. Buah Kemundung ini rasanya manis kecut, anak seusia SD yang menyukai. Bentuknya seperti duku atau langsep. Tapi buah ini kulitnya tipis. Sampai sekarang tidak tahu darimana buah ini berasal. Namun bila musim hujan mau berakhir buah ini banyak dijumpai di pasar. Gambar disamping dijumpai di pasar Salatiga, lalu mengingatkan pada masih kecil ketika duduk di bangku SD.

Thursday 19 March 2009

Jajan Tradisional



Lepet adalah jajanan tradisional orang masyarakat Jawa. Lepet ini biasanya muncul atau dibuat pada bulan syawal tepatnya tujuh hari setelah lebaran Idul Fitri. Lepet dibuat dari bahan beras ketan yang telah dicampur santan atau parutan kelapa. Lalu dibungkus dengan daun kelapa muda biasa disebut janur kuning lalu di kukus. Sebagai teman lepet, ada juga arem arem bagi yang tidak menyukai ketan. Yang dibungkus daun pisang ini adalah ketan juruh yaitu beras ketan yang dicampuri parutan kelapa trus dikasih gula merah yang telah dicairkan. Mak nyus kalau disantap pada pagi hari. Makanan ini ditemukan pas jalan jalan disepanjang bandara A Yani Semarang. Di seberang perlintasan rel kereta itulah ada warung kopi tepatnya dibelakang pos jaga palang pintu KA jajanan ini ditemukan.

Memilih Madu Murni



Madu oleh banyak orang sudah diketahui khasiatnya. Baik itu untuk minuman maupun campuran makanan. Bahkan berkhasiat juga sebagai penurun panas bila langsung diminum. Madu juga bisa membuat stamina tetap fit. Dengan telah dikenalnya oleh banyak orang khasiat madu maka berbagai cara juga dipalsukan. Bila anda berjalan jalan atau pas menemui penjual madu seperti gambar disamping. Penjual madu menawarkan dagangannya dengan membawa rumah tawonnya yang seolah olah ini adalah madu asli. Menjualnya kita ditunjukkan dengan menuangkan kedalam botol itu madu. Si pedgang menyakinkan calon pembelinya bahwa ini adalah madu asli. Jangan percaya begitu saja dengan penjual semacam ini. Madu asli panennya tidak seperti ini ada tata caranya tersendiri. Dan bila di cicipi madu seperti ini rasanya manis ada asamnya. Dilihat warna nya seperti madu asli. Tapi bagi yang sudah terbiasa minum madu akan dapat membedakannya apakah ini madu asli atau tidak. Dari harga seperti botol gambar disamping ditawarkan Rp 20.000 per botolnya. Kalau madu asli dengan botol yang sama kurang lebih Rp 40 ribuan.

Wednesday 11 March 2009

Sekilas Candi Borobudur


Candi Borobudur adalah candi kuno peninggalan agama Budha dan dibangun sebagai tempat bersemadi, atau untuk mengheningkan cipta. Nama Borobudur berasal dari kata Boro dan Budur. Boro berarti kuil atau candi, dari bahasa sansekerta Byara sedangkan Budur juga dalam bahasa Bali Beduhur yang artinya diatas bukit.
Candi Borobudur dibangun diatas bukit dengan bentuk piramida berundag, candi ini terbuat dari susunan batu jenis andesit yang jumlahnya lebih dari 2.000.000 blok batu. Bangunan atas berbentuk stupa induk dan berlandaskan tiga teras bulat, gaya ini menggambarkan arsitektur India. Sedangkan bagian bawah merupakan bangunan piramidaberundag berbentuk persegi bersudut banyak. Bentuk ini menggambarkan gaya atau arsitektur Jawa, akan tetapi kedua bagian tadi merupakan satu kesatuan dan keseluruhannya menyerupai stupa.
Stupa yang aca di candi borobudur sesuai dengan konsep agama Budha merupakan replika dari alam semesta. Candi Borobudur tidak mempunyai ruangan didalamnya. Kita hanya dapat melihat dan mengaguminya dengan berjalan mengelilingi candi tersebut. Bangunan candi Borobudur terdiri dari tiga bagian besar.
Bagian Pertama, dinamakan Kamadhatu yang menggambarkan alam kehidupan manusia yang sudah dapat mengendalikan hawa nafsu dilambangkan oleh pondasi.

Bagian kedua dinamakan Rupadhatu yang menggambarkan alam kehidupan manusia yang sudah dapat mengendalikan hawa nafsunya akan tetapi masih terikat bentuk.

Bagian ketiga dinamakan Arupadhatu yang menggambarkan alam nirwana atau sunyata dilambangkan 3 teras berbentuk lingkaran.

Archa Budha yang terdapat di Candi Borobudur jumlahnya 504 buah. Didalam stupa berlubang di tiga teras bawah stupa induk terdapat 72 buah arca yang disebut Wajra Satwa.
Didalam relung relung pada tingkat Rupadhatu terdapat arca sebanyak 432 buah yang disebut Dyani Budha. Arca Dyani Budha pada setiap sisi candi mulai dari dinding tingkat 1 smpai tingkat 4 mempunyai sikap tangan yang berbeda. Sikap ini disebut Mudara.
Pada sisi sebelah timur disebut Aksobya dengan sikap tangan Bumi Sparsa yang melambangkan kekuatan iman.
Sisi sebelah Selatan disebut Ratna Sambawa dengan sikap tangan Wara Mudra melambangkan cinta kasih.
Sisi sebelah Barat disebut Amitaba dengan sikap tangan Dyana Mudra yang melambangkan sedang bersemedi.
Sisi sebelah Utara disebut Amogasidha dengan sikap tangan Abhaya Mudra melambangkan tidak takut terhadap bahaya.
Sedangkan pada bagian tengah yang seluruhnya menghadap ke segala arah dinamakan Wairocana dengan sikap tangan Witarka Mudra, melambangkan sikapmenyebarluaskan ajaran ajaran.

Tuesday 10 March 2009

Sejuta Lilin di Borobudur


Gambar disamping adalah sisa sisa lilin dipelataran candi Borobudur yang malam sebelumnya 8 Maret 2009 telah digelar ritual tahunan sebuah pengharapan perdamaian dunia di tahun 2009. Doa perdamaian oleh para biksu ini sudah berlangsung sejak delapan tahun lalu. Secara umum gelar doa ini disebut "Monlam" yang artinya aspirasi atau keinginan yang mendalam untuk memberikan kebahagiaan kepada mahluk lain dan pada saat yang bersamaan juga meningkatkan akar kebijakan diri sendiri.
Pada minggu pagi 8 Maret 2009 ini kunjungan wisatawan cukup banyak, namun masih didominasi wisatawan lokal dan kelihatan pula 2 sampai 3 orang wisatawan asing. Membludaknya wisatawan ini dikarenakan masyarakat memanfaatkan liburan Maulud Nabi Muhammad yang jatuh pada hari senin.

AmazingCounters.com